Inilah Bahayanya Mendiagnosis Kesehatan Mental Sendiri dengan Mengandalkan Internet

Inilah Bahayanya Mendiagnosis Kesehatan Mental Sendiri dengan Mengandalkan Internet


Di era informasi yang mengalir dengan begitu cepat, semakin banyak orang yang memiliki Hasrat tinggi untuk mencari tahu sendiri apa yang terjadi pada diri mereka.


Seperti ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan pada salah satu bagian tubuhnya, dia segera menggunakan mesin pencari untuk mencari tahu penyakit mana yang mungkin cocok dengan gejala yang dialaminya.


Seperti halnya dengan kesehatan mental, ada banyak tes yang mengklaim dapat mendiagnosis kondisi mental seseorang.


Hal ini tentu akan memancing banyak orang untuk segera mencari jawaban instan atas kondisi mental yang mereka alami tanpa harus berkonsultasi dengan ahlinya. Faktanya, melakukan diagnosis Anda sendiri akan berdampak buruk lho. Mari kita lihat bahaya mendiagnosis kesehatan mental sendiri!


Bahaya Mendiagnosis Kesehatan Mental Sendiri


Bahaya Mendiagnosis Kesehatan Mental Sendiri

Srini Pillay, M.D., Asisten Profesor Klinis di Harvard Medical School mengatakan bahwa tidak dianjurkan untuk mendiagnosis kesehatan mental sendiri.


Dia mengutip "Psychology Today" yang mengatakan: "Ketika seseorang melakukan diagnosis sendiri, dia pada dasarnya mengasumsikan bahwa dirinya mengetahui seluk-beluk tentang diagnosis itu,"


Menurut Srini, ini bisa sangat berbahaya, karena orang bisa mengira bahwa mereka punya kemampuan menebak apa yang sedang terjadi dengan diri mereka sendiri.


Faktanya, mungkin gejala dan diagnosis yang mereka pahami sebenarnya bisa kurang sesuai dengan gangguan mental yang sebenarnya.


Misalnya, orang dengan perubahan suasana hati sering berpikir bahwa mereka mengalami gangguan bipolar (manic-depression).


Namun, perubahan suasana hati adalah gejala yang dapat terjadi dalam berbagai situasi klinis yang berbeda. Misalnya, borderline personality disorder atau depresi berat yang jadi dua contoh diagnosis lainnya.


"Kita dapat mengetahui dan melihat diri kita sendiri, tetapi kadang-kadang, kita membutuhkan cermin untuk melihat diri kita lebih jelas. Dokter adalah cermin itu. Dengan mendiagnosis kesehatan mental sendiri, Anda mungkin kehilangan sesuatu yang tidak dapat Anda lihat," jelas Srini.


Mendiagnosis Kesehatan Mental Seperti Spektrum Warna



Pada satu jenis gangguan mental, ini mungkin memiliki gejala yang juga ada pada gangguan mental lainnya. Oleh karena itu, menemukan diagnosis yang tepat pun bukan sekadar layaknya check-list semata.


Randy Withers, LPC, Penasihat Profesional Berlisensi, mengatakan "Diagnosis lebih dari sekadar daftar gejala, dan mendiagnosis orang itu sulit. Bahkan dokter dan profesional kesehatan lain bisa mengacaukannya."


"Jika Anda tidak memiliki pelatihan dan pengalaman yang tepat, mengapa Anda mau melakukannya? Saya mengerti bahwa orang-orang ingin tahu, tetapi penyakit mental bukanlah hobi," tegasnya.


Lebih lanjut, Randy mengatakan bahwa alasan utama mengapa diagnosis gangguan mental itu sulit karena semua gangguan mental ada pada spektrum.


"Pikirkan pelangi, dan semua warna yang mungkin Anda lihat. Itu spektrum. Jadi, seperti itu gambaran tentang gangguan mental yang ada," ungkapnya.


Melakukan diagnosis sendiri juga merupakan masalah ketika seseorang berada dalam rasa penolakan tentang gejala-gejala yang dimiliki.


"Anda mungkin menganggap terjadinya nyeri tubuh ketika suasana hati sedang memburuk, dan dokter memilih melakukan tes EKG untuk nyeri dada, dan terungkap adanya kemungkinan penyakit arteri koroner. Anda mungkin berusaha menghindari nyeri dada atau meminimalkannya," jelas Srini.


Mendiagnosis kesehatan mental sendiri dapat memiliki dampak negatif yang luar biasa pada pasien. Oleh karena itu, meski bermanfaat dan informatif, sebaiknya selalu diskusikan gejala gangguan mental yang Anda alami dengan psikolog, dokter, psikiater, dan pakar medis lainnya.